May 29, 2018

Lahir Tanpa Tangisan #1

Seharusnya hari itu kontrol kehamilan saya di usia kandungan 31 minggu, menjadi hari dimana saya bisa melihat wajahnya dalam bentuk hasil USG 4D sekaligus meminta izin dari dokter spog untuk lanjut kontrol dan melahirkan di Jakarta. Namun takdir Allah SWT berkata lain.


Memasuki kehamilan trimester 3, saya mengalami keluhan kaki yang membengkak. Di awal bulan Mei, saya dan suami menghabiskan akhir pekan di Balikpapan. Hari pertama disana, saat buka sepatu ketika hendak sholat di masjid, saya agak kaget melihat pergelangan kaki yang bengkak. Khawatir dengan keadaan tersebut, saya mencari info di google dan instagram. Pre eklamsi menjadi kekhawatiran terbesar setelah saya mendapatkan informasi dari berbagai artikel. Suami berusaha menenangkan saya. Suami bilang ia pernah membaca bahwa hal ini (kaki bengkak) wajar terjadi di kehamilan trimester 3, dan lagi saya baru saja menempuh perjalanan jauh (Samarinda - Balikpapan; 2 jam perjalanan darat) dengan posisi duduk serta kaki yang kemungkinan menggantung.

Senin, 7 Mei 2018

Hari itu saya dan suami ke RSIA untuk kontrol kandungan (usia kandungan 28 minggu). Seperti biasa, bahagia mendengar detak jantungnya, ditambah lagi hari itu tumben-tumbennya ia menendang saat USG. Saya bisa melihat gerakannya di layar. Rasanya semakin tidak sabar untuk bertemu.

Dokter mengatakan keseluruhan kondisi kehamilan saya baik. Perkembangan otak janin sangat baik, hanya saja badannya kecil, dokter sampai curiga kalau saya malas makan. Saya membantahnya karena berat badan saya terus bertambah tiap kali kontrol. Apalagi sejak dokter bilang bbj (berat badan janin) ngepas saat kontrol di uk 24 minggu, saya jadi lebih sering makan terutama yang manis-manis.

Di akhir sesi kontrol dokter menanyakan keluhan yang saya rasakan. Saya cerita mengenai kaki bengkak yang saya alami. Kemudian dokter menanyakan hasil tensi saya ke bidan yang ada di ruangan, 110/90 jawab bidannya, normal. Namun mungkin karena dokter khawatir karena bbj masih rendah, akhirnya saya dirujuk untuk cek lab (darah+urin).

Rabu, 16 Mei 2018

Baru sempat untuk cek lab, karena dari tanggal 10-14 ada orang tua saya datang dari Jakarta. Saya ditemani suami datang ke Prodia jam 9 pagi, disana saya ditensi (110/90; normal seperti biasanya), ambil darah dan urin. Adminnya bilang bahwa hasil lab bisa diambil jam 1 siang di hari yang sama. Suami yang ambil sekalian pulang ngantor. Kami cek hasilnya sore itu, semuanya dinyatakan normal, baik darah maupun urin saya.

Kamis, 17 Mei 2018

Sehabis sarapan, saya diajak ibu mertua ke salon untuk potong rambut dan creambath. Lumayan, pikir saya, sekali-kali memanjakan diri, lagipula semakin membesar perut semakin gampang saya merasa kepanasan, dan rambut juga sudah mulai panjang.

Hari itu saya merasakan gerakannya agak berkurang, padahal sejak masuk usia kandungan 7 bulan gerakannya semakin aktif. Saat di salon maupun sepulang dari salon saya terus pancing agar ia bergerak, saya minum teh manis, makan es krim, minum air dingin. Alhamdulillah ada gerakan. Saya belai terus perut saya, ajak ia ngobrol, bacakan qur'an.

Jumat, 18 Mei 2018

Jumat siang, sehabis dzuhur, saya sudah janjian sama suami untuk nonton Deadpool 2. Suami jemput saya sepulangnya ia dari sholat jumat di masjid dekat rumah.

Pagi itu seperti biasa saya awali dengan sarapan sereal+susu. Setelah semangkuk sereal+susu itu habis saya lahap, ia bergerak sekali, saya balas dengan

"Eeehh, Assalamu'alaikum anak ibun, udah bangun, Nak?" sambil mengelus perut.

Namun setelah elusan dan sapaan salam itu, saya tidak pernah lagi merasakan gerakan normalnya. Mungkin itu jadi tendangan terakhirnya untuk saya.

Ya Allah, anakku :'(

- - - - -

Sejak Jumat sore saya merasa perut saya sepi, lain dari biasanya. Gerakan-gerakan yang saya rasakan hanya perut yang mengencang kemudian muncul tonjolan-tonjolan di permukaan kulit perut. Saya masih berusaha husnudzon bahwa itu adalah gerakan janin, walaupun sejujurnya hati saya sudah tidak tenang, khawatir.

Sepanjang hari Sabtu, pun hanya gerakan-gerakan itu yang saya rasakan. Menjelang ashar saya telpon RSIA untuk daftar kontrol ke dokter spog langganan saya, sebetulnya ingin sekali kontrol hari Minggu, sayangnya doktor tersebut tidak ada jadwal di hari Minggu. Mau coba ke dokter spog yang lain pun ternyata tidak ada yang praktek di hari Minggu. Akhirnya pasrah untuk daftar kontrol di hari Seninnya.

Minggu pagi saya whatsapp mama di Jakarta, berkabar bahwa sejak jumat sore saya tidak merasakan gerakan janin yang seperti biasanya dan minta doa supaya kondisi saya+janin sehat-sehat saja. Mama langsung video call saya, bilang agar saya jangan panik, jangan stress, tetap husnudzon. Setelah video call itu pecahlah tangisan saya, perasaan khawatir itu semuanya tertumpah.
.
.
.
.
.
Lahir Tanpa Tangisan #2

0 comments:

Post a Comment